Cari
image

Benteng Fort Willem I atau dikenal dengan Benteng Pendem Ambarawa merupakan salah satu peninggalan bersejarah dari zaman kolonial Belanda yang berlokasi di Desa Lodoyong RT 07 RW 03, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang dan dekat dengan Museum Kereta Api Ambarawa.

Untuk mencapai lokasi benteng dapat ditempuh menggunakan kendaraan motor atau mobil melalui jalan lingkar Ambarawa menuju ke RSUD dr Gunawan Mangunkusumo dan Pangsar Sudirman. Dari Kota Semarang dapat ditempuh sekitar 1,5 jam.

Menemukan lokasi benteng cukup mudah karena di dekat RSUD dr Gunawan Mangunkusumo yang terletak di Jalan Kartini terdapat gapura kecil berwarna kuning. Nah untuk menuju ke Benteng Fort Willem I pengunjung harus melalui gapura tersebut dan mengikuti jalan kecil (Jl. Kyai Mahfuds Salam atau Jl. Benteng Dalam).

Karena jalan yang termasuk kecil, maka kendaraan roda empat tak bisa jalan bersisihan. Sekitar satu kilometer dari gapura berwarna kuning tersebut, maka dapat ditemukan pintu masuk ke Benteng dan terdapat lahan parkir yang dikelola warga setempat. Untuk retribusinya, cukup membayar Rp5.000 per orang plus parkir.

Dari lahan parkir, akan langsung terlihat lengkungan gerbang seperti lorong. Bangunan tersebut terlihat begitu kuno. Bagian dinding sudah nampak mengelupas di kanan kiri. Ada kesan seram namun tak menghilangkan kesan kokoh, elok sekaligus menakjubkan.

Benteng Fort Willem I menjadi saksi bisu betapa Ambarawa dulunya dijadikan basis militer, pertahanan, logistik, atau sekadar kota penghubung bagi kepentingan Belanda. Benteng Pendem sekarang di salah satu lokasinya dipergunakan sebagai Lapas IIA Ambarawa, rumah dinas sipir dan tentara, sekaligus tempat wisata sejarah. Nama Fort Willem I diambil dari nama Raja Belanda Willem Frederik Prins Vans Oranje-Nassau (1815-1840).

Meski telah ditempati para tentara sejak tahun 1844, pembangunan benteng ini baru benar-benar selesai pada tahun1845. Dibangun dengan tujuan untuk pertahanan dari serangan musuh, akan tetapi Benteng Fort Willem I juga difungsikan sebagai barak militer, penjara, dan juga gudang logistik perang. Hal ini dibuktikan dengan arsitektur bangunannya yang banyak jendela dan ruangan yang konon mampu menampung sebanyak 12.000 tentara.

Ketika Jepang menduduki Jawa, bangunan ini dijadikan sebagai tahanan. Seorang tokoh yang pernah ditahan di sini adalah Kiai Mahfud Salam, seorang pejuang sekaligus ulama. Ia mendiami salah satu blok di Benteng Pendem, hingga akhirnya meninggal dunia dan dikebumikan di luar kompleks benteng tepatnya berada di area parkir pengunjung dan namanya juga diabadikan sebagai nama jalan kecil yang dilalui pengunjung menuju ke benteng.

Saat ini Benteng Fort Willem I Ambarawa telah ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya melalui Keputusan Bupati Semarang Nomor: 432/0112/2021. Hal ini dapat terwujud karena adanya keprihatinan salah satu anggota Subdenpom 433 Ambarawa bernama Pelda Setiyawan terhadap kondisi benteng yang rusak dan kurang terawat padahal benteng tersebut merupakan salah satu saksi bisu sejarah perjalanan dan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia yang seharusnya mendapatkan perhatian khusus dari generasi penerus dan pemerintah Republik Indonesia.

Melalui media kreatif yang dicetuskan oleh Pelda Setiyawan dan dibantu orang-orang yang peduli terhadap Benteng Fort Willem I maka kini kondisi Benteng tersebut menjadi lebih baik dan muncul terobosan-terobosan yang diharapkan dapat membuat Benteng Fort Willem I menjadi kebanggaan Ambarawa, Kabupaten Semarang dan Jawa Tengah bahkan Indonesia. Dan bagi sobat wisata yang peduli juga terhadap Benteng Fort Willem I Ambarawa dapat mendukung perjuangan mereka yang dapat dilihat di channel Youtube Raptor Benteng.

image